26 research outputs found

    Preconditioning and triggering of offshore slope failures and turbidity currents revealed by most detailed monitoring yet at a fjord-head delta

    Get PDF
    Rivers and turbidity currents are the two most important sediment transport processes by volume on Earth. Various hypotheses have been proposed for triggering of turbidity currents offshore from river mouths, including direct plunging of river discharge, delta mouth bar flushing or slope failure caused by low tides and gas expansion, earthquakes and rapid sedimentation. During 2011, 106 turbidity currents were monitored at Squamish Delta, British Columbia. This enables statistical analysis of timing, frequency and triggers. The largest peaks in river discharge did not create hyperpycnal flows. Instead, delayed delta-lip failures occurred 8ā€“11 h after flood peaks, due to cumulative delta top sedimentation and tidally-induced pore pressure changes. Elevated river discharge is thus a significant control on the timing and rate of turbidity currents but not directly due to plunging river water. Elevated river discharge and focusing of river discharge at low tides cause increased sediment transport across the delta-lip, which is the most significant of all controls on flow timing in this setting

    Relasi Konstitusi dengan USAha Tani Ikan, Sayur, Telur Organik dan Non-organik Guna Mendukung Ekonomi Masyarakat dan Wilayah ( Studi Kasus di Kecamatan Bantur Kabupaten Malang )

    Full text link
    Agribusiness is still the pillar for farmers' economy in Indonesia who, mostly, workfor agricultural sector. This also applies in regional economy in which agriculturalsector is the primary sector that becomes the basis for economy and gives sufficientcontribution to the regional economic development. However, the condition of thefarmers' economy has so far shown no significant development. The Constitution(UUD 1945) regulates national economy that embraces any fields, including the sus-tainable and environment-oriented agriculture, aiming at society's prosperity in botheconomy and health. The research shows that there is no difference on benefit betweenorganic and non-organic agribusiness on fish, vegetable, eggs. Thus agribusiness isbetter developed conforming to the Constitution that signals environment-orientedagriculture

    Three-Dimensional Simulation of The Water Flow in Cilacapā€™s Water, Indonesia

    Get PDF
    Modelling of the water flow distribution in Cilacapā€™s water, Indonesia is challenged by geographically properties. This area is a strait adjacent to Indian Ocean with a strong current flow characteristic. A threeā€dimensional model has been developed to understand the pattern of the flow and the sediment distribution in this waters. The parameters used in modeling includes hydro-oceanography, such as tidal, river discharge, bathymetry and sediment. River discharge that used came from Donan and Yasa River. In this research current and sediments model will be makes using numerical simulation with hydrodynamics equations. Based on the hydrodynamic simulation, at the spring tide period, the average and the maximum current magnitude are 0.6m/s and 0.8m/s respectively. But at this time the cumulative erosion/sedimentation is not too large. During the neap tide, the average current magnitude is 0.2 m/s and the sediment is moving significant at river. So in this time experience a great erosion/sedimentation. The dominant type of sediment in this waters is a type of sand. The sediment deposition in this area affects the shipping lane, particularly in the vicinity of the jetty.

    Pemodelan Hidrodinamika 3-Dimensi Pola Persebaran Sedimentasi PRA dan Pasca Reklamasi Teluk Jakarta

    Full text link
    Teluk Jakarta merupakan perairan laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Dilokasi tersebut, tingginya laju sedimentasi telah teridentifikasi sejak awal tahun 1970-an sebagai akibat dari Perubahan yang terjadi di daerah hulu dan sepanjang aliran sungai-sungai yang mengalir ke Teluk Jakarta. Sesuai dengan Peraturan Daerah No.1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030, luas lahan reklamasi yang direncanakan meliputi 17 pulau dengan luas kurang lebih 5.100 ha.Dalam penelitian simulasi dilakukan menggunakan dua skenario, yaitu pra diadakannya reklamasi (bulan Januari dan September 2011) dan pasca diadakan reklamasi (bulan Februari dan Mei 2016). Kecepatan arus rata-rata saat pra reklamasi mencapai angka 0,94 m/s sedangkan pasca mencapai nilai rata-rata 0,88 m/s. Pasca diadakan reklamasi juga terjadi peningkatan ketebalan sedimen dasar perairan hingga mencapai 2,49 m dibandingkan kondisi saat sebelum reklamasi yang hanya mencapai ketebalan maksimum sebesar 0,84 m. Konsentrasi sedimen tertinggi terjadi pada lokasi yang berada didekat dengan Muara Cengkareng yang salah satunya disebabkan oleh debit harian sungai yang cukup tinggi di lokasi tersebut

    Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

    Full text link
    Kawasan pantai selatan Jawa, merupakan daerah Abstrakā€”Pantai selatan Jawa merupakan daerah pesisir yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Batas inilah yang secara langsung mempengaruhi karakteristik oseanografi di daerah pantai Selatan Jawa. Fenomena sedimentasi dari tahun ke tahun juga semakin besar, hal ini dibuktikan dengan berubahnya garis pantai di selatan Jawa, banyak pantai yang mengalami abrasi dan banyak juga yang mengalami akresi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari proses abrasi dan sedimentasi di daerah pantai selatan Jawa berdasarkan pola sebaran arus yang terdapat di daerah penelitian. Model hidrodinamika digunakan untuk melakukan simulasi pola sebaran arus dan sebaran sedimen. Simulasi ini dilakukan pada dua bulan yaitu bulan Maret (mewakili curah hujan tertinggi) dan bulan Oktober (mewakili curah hujan terendah).Dari hasil simulasi di area penelitian, pola arus yang terjadi di wilayah tersebut memiliki nilai kurang dari 6,921 m/s pada bulan Maret dan 7,60 m/s pada bulan Oktober. Besar konsentrasi sedimen tertinggi yang terjadi di sepanjang lokasi penelitian yaitu pada bulan Maret sebesar 8972,23 g/m3 dan pada bulan Oktober sebesar 4247,26 g/m3

    Optimalisasi Lokasi Marine Current Turbine (MCT) dengan Model Hidrodinamika 3 Dimensi (Studi Kasus: Pantai Selatan Jawa)

    Full text link
    Marine Current Turbine (MCT) merupakan sumber energi kinetik yang dipengaruhi oleh pergerakan arus pasang surut laut. MCT dilengkapi dengan rotor ganda yang dapat bergerak pada lokasi yang memiliki kecepatan arus tinggi untuk menggerakkan generator sehingga MCT dapat mengekstrak energi listrik dari aliran air. MCT sangat cocok pada kedalaman laut antara 30 sampai dengan 40 meter serta pada penelitian ini mengacu pada ukuran diameter rotor 16, 18 dan 20 meter.Metodologi penelitian ini menggunakan model hidrodinamika 3 dimensi untuk menentukan lokasi yang optimal untuk penempatan MCT di Pantai Selatan Jawa. Model hidrodinamika pada penelitian ini menggunakan mesh berbentuk TIN dari data garis pantai dan batimetri, data pasut dan digunakan data curah hujan untuk menentukan pemilihan bulan pembuatan model. Untuk melakukan validasi model menggunakan data arus dari satelit altimetri.Berdasarkan pengolahan model hidrodinamika 3D dan analisis data didapatkan 124 lokasi yang sesuai dengan kecepatan arus rata-rata minimal 1,5 m/s untuk pembangunan MCT. Estimasi energi yang dihasilkan pada bulan Maret sebesar 166,900 MWh sedangkan pada bulan Oktober sebesar 159,416 MWh

    Pengolahan Data Kolom Air dari Multibeam Echosounder untuk Mendeteksi Gelembung Emisi Gas Dasar Laut

    Full text link
    Selama ini survei hidrografi menggunakan multibeam echosounder selalu terfokus pada pengambilan data kedalaman dasar laut atau data batimetri. Selain data batimetri, multibeam echosounder dapat mengakuisisi jenis data lain yang selanjutnya dapat dianalisis dan diteliti lebih dalam lagi, salah satu contohnya adalah data kolom air. Data kolom air mampu memvisualisasikan obyek yang ada pada kolom air yang sebelumnya tidak dapat terlihat jika hanya menggunakan data batimetri saja. Dengan menggunakan data kolom air, kita dapat melakukan pemetaan kolom air untuk mengamati obyek yang terletak diantara permukaan perairan dan dasar perairan.Pada penelitian ini, data batimetri dan data kolom air yang berasal dari multibeam echsounder akan digabungkan untuk mencari dan menganalisis gelembung emisi gas dasar laut. Pendeteksian gelembung emisi gas dasar laut ini dilakukan dengan menentukan ambang batas (treshold) intensitas pantulan gelombang akustik yang dipancarkan multibeam echosounder. Setiap obyek yang terdapat di kolom air memiliki nilai intensitas pantulan gelombang yang berbeda, dengan menentukan ambang batas intensitas gelombang kita dapat membedakan obyek yang terdapat di kolom air. Setelah gelembung emisi gas dasar laut atau obyek lain ditemukan, data kolom air tersebut divisualisasikan dalam bentuk gambar sehingga lebih mudah diamati.Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa data kolom air yang diambil menggunakan multibeam echosounder dapat digunakan untuk mengidentifikasi obyek yang terdapat pada kolom air. Pada penelitian ini ditemukan 82 titik sumber gelembung emisi gas dasar laut yang tersebar di wilayah perairan Kepulauan Mentawai, Indonesia

    Analisis Arus dan Transpor Sedimen Menggunakan Pemodelan Hidrodinamika 3 Dimensi (Studi Kasus: Teluk Ambon, Kota Ambon, Maluku)

    Full text link
    Teluk Ambon yang berlokasi di Kecamatan Teluk Ambon, Provinsi Maluku, merpakan teluk yang mempunyai karateristik daerah yang menyempit dan terbagi menjadi tiga area yaitu Teluk Ambon Luar, Bagian tengah yang menyempit merupakan lokasi Jembatan Merah Putih, dan Teluk Ambon Dalam. Pada setiap areanya mempunyai kedalaman dan luas area yang berbeda sehingga terdapat perbedaan pola arus pada Teluk Ambon. Selain itu terdapat beberapa sungai yang bermuara pada Teluk Ambon sehingga memungkinkan terjadinya sedimentasi pada Teluk Ambon. Dalam hal ini menggunakan perangkat lunak pemodelan hidrodinamika 3D. Parameter pada pemodelan ini yaitu data batimeri, arah dan kecepatan angin, dimensi pilar jembatan, river discharge, pasang surut air laut, dan sampel sedimen. Dari penelitian ini didapatkan hasil nilai kecepatan arus paling tinggi saat pasang tertinggi dan surut terendah yaitu 0.0089 m/s dan 0.05 m/s. Berdasarkan data kumulatif perpindahan sedimen dari hasil model, area sekitar pilar terjadi penumpukan dan erosi sedimen yang berbeda di tiap pilarnya

    Pengembangan Co-Tidal Charts untuk Analisis Karakteristik Pasang Surut Perairan Laut Jawa

    Full text link
    Penelitian ini merupakan pengembangan Co-Tidal Charts di Laut Jawa untuk mendapatkan gambaran perambatan pasang surut di area tersebut. Data prediksi pasang surut dihitung dengan analisa harmonik dari dua puluh stasiun pengamatan pasut yang tersebar di perairan Laut Jawa dan digunakan untuk membuat Co-Tidal Charts tersebut. Konstanta harmonik pasut diolah menggunakan metode least square. Pada penelitian ini menggunakan lima konstanta harmonik yang digunakan untuk membentuk Co-Tidal Charts yaitu M2, N2, S2, K1 dan O1. Co-Tidal Charts yang diperoleh menunjukkan gambaran secara umum karakteristik pasang surut di perairan Laut Jawa termasuk area persebaran tipe pasut dan arah rambatan pasut. Berdasarkan penelitian ini arah rambatan gelombang pasut Laut Jawa berasal dari Samudera Hindia dan Laut China Selatan melalui Selat Karimata yang bertemu di tengah Laut Jawa. Perairan Laut Jawa pada bagian Barat dan Tengah didominasi oleh komponen pasut harian (diurnal) dan bagian Timur didominasi komponen pasut setengah harian (semidiurnal).. Kondisi tersebut yang mempengaruhi variasi tipe pasut di perairan Laut Jawa
    corecore